Selamat Datang di Website resmi Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Jawa Timur

Warta

Bapemas Jatim Usulkan Mata Kuliah Kemiskinan

 

Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) Provinsi Jatim mengusulkan kepada perguruan tinggi di Jatim untuk memasukkan mata kuliah tentang kemiskinan. Harapannya, agar fenomena kemiskinan menjadi kajian ilmiah yang solusinya akan didapat dengan jalan ilmiah pula.

Ide usulan mata kuliah kemiskinan tersebut disampaikan Kepala Bapemas Jatim, Totok Soewarto SH Msi saat membuka rapat koordinasi Bapemas seJatim, Senin (19/12) petang di Hotel Kusuma Agrowisata, Kota Batu. Menurut Totok, salah satu perguruan tinggi yang pernah dia minta untuk memasukkan kemiskinan dalam salah satu mata kuliahnya adalah Universitas Brawijaya Malang.

Menurut dia, banyak objek kajian tentang kemiskinan di Jatim. Diantaranya, dari sudut pandang budaya, Jatim setidaknya memiliki empat kawasan budaya, yakni Matraman, Arek, Pendalungan, dan Madura. “Masing-masing kawasan memiliki ciri budaya khas yang jelas berbeda cara pandangnya tentang kemiskinan, atau bahkan mungkin kebudayaan tersebut yang mendorong mereka tetap bertahan dengan keadaan keterbatasan,” ungkapnya.

Sementara itu, masyarakat Jatim di semua kawasan itu memiliki budaya sosial gotong royong yang luar biasa yang diharapkan dapat menjadi modal kuat untuk mengentas kemiskinan. Dua hal tersebut yakni potensi sosial dan budaya kemiskinan yang selama ini tidak pernah dipetakan untuk menangani kemiskinan termasuk oleh pemerintah sendiri.

Kemiskinan menurut dia tidak akan selesai jika hanya dilakukan oleh birokrat saja, namun campur tangan semua pihak diantaranya pihak swasta, kelompok masyarakat khususnya para akademisi di perguruan tinggi sangat dibutuhkan untuk menangulangi penyakit kemiskinan di Jatim.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, angka kemiskinan di Jatim selama 5 tahun terakhir cenderung mengalami penurunan signifikan. Tahun 2005, angka kemiskinan 22,5 persen dan turun tajam pada 2009 menjadi sebesar 16,68 persen, tahun 2010 sebesar 15,26 persen dan hingga Maret 2011 sebesar 14,23 persen (turun 1,03 persen) setara 173.100 jiwa. Tahun depan, angka kemiskinan ditarget turun 1,8 persen dan turun lagi 2 persen pada 2013.

Pemprov Jatim menetapkan titik nol kinerja pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di Jatim tahun 2009 sebesar 6.022.590 jiwa (16,68 persen) dan data PPLS 08 hasil verifikasi Oktober 2009. Dari data itu, ada 3.079.822 rumah tangga miskin (RTM) sebagai sasaran yang tersebar di 8.505 desa/kelurahan dan 662 kecamatan. RTM itu terbagi dalam 493.004 (16 persen) rumah tangga sangat miskin (RTSM), 1.256.122 rumah tangga miskin (41 persen) dan 1.330.696 rumah tangga hampir miskin (43 persen).

Dia menjelaskan, program yang dirancang khusus membidik 493.004 RTSM di Jatim diberi nama Jalin Kesra RTSM yang dimulai sejak 2010-2013. Tahun 2010, program Jalin Kesra telah menjangkau 69.685 RTSM dan tahun 2011 dialokasikan bagi 101.189 RTSM di 29 kabupaten. Artinya, masih ada sisa 322.130 RTSM yang akan digarap pada 2012 dan 2013.

Selain Jalinkesra, penurunan angka kemiskinan jlima tahun terakhir uga disumbang oleh berbagai program seperti Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan (Gerdutaskin) yang sekarang bernama Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat (PPKM), Pembangunan Wilayah Terpadu Antar Desa (PWTAD), Program Pengembangan Sumber Daya Lokal Berbasis Kawasan (P2SLBK), dan PNPM Mandiri.

Rakor yang dihadiri oleh perwakilan Bapemas atau instansi terkait dari 38 kabupaten/kota itu digelar selama dua hari hingga Selasa (20/12). Rakor digelar sebagai upaya sinkronisasi program antara Pemprov Jatim dan kabupaten/ kota.(sal)

 
Copyright © 2009 - 2024 DPMD Provinsi Jawa Timur All Rights Reserved.