Jalin Matra Modali Mantan TKW Penjual Rujak

Probolinggo - Di awal usaha menjadi seorang penjual rujak, seorang Kepala Rumah Tangga Perempuan (KRTP), Musrifah (58th) membuka lapak di depan rumahnya. Modal usahanya pun pas-pasan. Kadang laku banyak, namun sering juga seharian tak ada pembeli.

Dia menjual rujaknya dengan harga Rp 5.000 per porsi. Selama beberapa tahun dia berjualan, seakan tak ada perubahan yang signifikan darinya, kehidupannya tetap tetap sama. Penghasilannya hanya cukup untuk kebutuhan makan. Bahkan, kadang-kadang kebutuhan lainnya dibantu oleh anaknya yang bekerja sebagai buruh bangunan.

"Kesulitan menjual rujak itu salah satunya pada bahan. Bila buah untuk rujak sudah busuk akhirnya harus dibuang, dan jika tidak lagi berbuah maka susah dicari,"ujarnya.

Warga Dusun Watu Ewuh Kabupaten Probolinggo ini, sebelum berjualan rujak, bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di negeri jiran. Itu dilakukan setelah ditinggal wafat suaminya. Namun, tak sukses merantau, sedangkan usianya juga tidak lagi muda, Musrifah pun pulang kampung dan membuka usaha warung kecil-kecilan berjualan rujak, es dawet dan makanan ringan lainnya.

Nenek tiga cucu ini kemudian mendapat bantuan dari Program Jalin Matra Penanggulangan Feminisme Kemiskinan (PFK) dari Pemprov Jawa Timur. Bantuan itu digunakan Musrifah untuk menambah modal dan perlengkapan memasak rujak dan jajanan lain.

"Saya bersyukur karena bantuan ini sangat membantu saya untuk menambah modal. Semoga usaha berjualan rujak ini semakin lancar," tuturnya.

Setelah mendapat bantuan dari program Jalin Matra, dalam satu bulan penghasilannyanya bertambah, bahkan bisa membantu cucunya untuk biaya sekolah. Dalam sehari Musrifah bisa mendapat keuntungan Rp 50.000 hingga Rp 75.000.

"Inilah pintu Rizeki keluarga kami. Usia saya yang tidak lagi muda, cukup berjualan di depan rumah, semoga berkah," katanya.(qoidul/red)