Selamat Datang di Website resmi Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Jawa Timur

Melawan Desa RTM ala UPKu Bangkit, Kab. Ngawi

Dari Pelosok

Melompat Jadi UPKu Berhasil

Lembaga keuangan desa itu dulunya bernama Unit Pengelola Keuangan (UPK) Bangkit. Pada Agustus 2011 lalu, seiring dengan penilaian UPK untuk kategori berhasil, ia berubah nama menjadi Unit Pengelola Keuangan dan Usaha (UPKu) Bangkit. Meski nama berubah tetapi sesungguhnya jerohan-nya tetaplah sama. Yaitu tetap mengusung dan menjunjung tinggi sikap peduli, aktif, jujur, disiplin, tepat waktu, dan tanggung jawab. Ini berlaku tidak saja untuk pengurus UPKu, tetapi juga kepada segenap Pokmas yang menjalin hubungan serta kerjasama dengan UPKu Bangkit.

Komitmen ini tampaknya tidak bertepuk sebelah tangan. Sebagai buktinya, ia mampu mendudukkan diri di posisi keempat UPKu Berhasil dengan menyisihkan ratusan UPKu dari seluruh Provinsi Jatim. “Memang ini baru peringkat empat, tapi rasanya kita sudah bangga bukan main. Kita yang pelosok di sini ternyata mampu bagus di antara yang lain. Apalagi ketika Gubernur Jatim Pakde Karwo memberikan piagam secara langsung, juga masuk tayangan televisi, rasanya Gendol bukan lagi berada di pelosok Kabupaten Ngawi melainkan seperti sudah berada di negeri dongeng,” ungkap Dra Rahajeng Sulistyorini, Ketua UPKu Bangkit.

Rini, demikian Ketua UPKu Bangkit itu biasa disapa, mengungkap, hingga mendapat pengakuan sejauh itu dari provinsi dirinya beserta pengurus UPKu Bangkit lainnya memang bekerja keras. Sangat keras malah. Termasuk juga keras kepada para Pokmas. Ini penting dilakukan untuk melawan penyakit malas, pingin penake dewe dan njagakne yang kian menggejala di tengah masyarakat. “Kalau menyakit ini sampai menular jauh ke tengah masyarakat, Gendol tetap akan tertinggal dari daerah lain. Desa Gendol juga akan tetap dikenal sebagai daerah merah alias daerah yang disesaki dengan rumah tangga miskin (RTM) yang senantiasa selalu membutuhkan uluran bantuan,” tukas Ketua UPKu yang sarjana pendidikan IKIP Jogjakarta ini.

 

Desa Merah

UPKu Bangkit boleh dikata relatif masih muda usia. Namun, embrionya sesungguhnya sudah ada cukup lama yaitu sejak ada program Gerdu Taskin yang sudah dicanangkan sebelumnya oleh pemerintah. Ia terbentuk pada Agustus 2005 silam, berdasarkan Perdes nomor 145/09/415/166/07/05. Dinamakan UPKu Bangkit karena saat itu Desa Gendol termasuk desa yang berkatagori merah dan mengandung arti banyaknya RTM dan RTMB yang harus ditangani pemerintah. Nama Bangkit juga merupakan simbolisasi dari pemberdayaan masyarakat yang begitu diinginkan oleh warga Gendol agar terbebas dari cap sebagai desa yang selalu membutuhkan uluran bantuan.

Sebagai gambaran, berdasarkan data BPS tahun 2001, Desa Gendol sungguh memprihatinkan. Dari 350 Kepala Keluarga (KK) yang ada 288 KK di antaranya adalah RTM. Saking miskinnya rumah-rumah mereka hanya terbuat dari papanpapan kayu sekadarnya. Faktor kemiskinan ini pula yang membuat banyak program pemberdayaan pemerintah yang sesungguhnya bagus berujung pada kendala yang sifatnya laten. Misalnya, program bantuan modal lunak dari pemerintah oleh masyarakat dianggap sebagai pemberian atau hibah. Alhasil, modal menjadi ludes tanpa mampu dikembalikan dan dipertanggungjawabkan.

Kenyataan seperti ini membuat pengurus UPKu Bangkit membuat bermacam terobosan untuk memangkas kecenderungan masyarakat di Gendol. Termasuk di dalamnya adalah meminta dukungan penuh kepada aparat pemerintahan desa. Dua tahun pertama setelah berdiri, kerja keras Rahajeng Sulistyorini yang ditopang penuh oleh pengurus UPKu Bangkit lainnya seperti Hurustyahadi (sekretaris), Evi Kusviati (bendahara) dan Widodo (pengawas) bergerak ke arah perkembangan yang positif. Masyarakat Gendol yang masih menjunjung tinggi nilai gotong-royong dan kebersamaan ternyata masih bersemangat untuk diajak maju bersama.

“Kuncinya adalah pendekatan dan komunikasi. Kunci yang lain adalah demi kemajuan bersama dan kemajuan desa. Untuk 2 tahun di awal, UPKu Bangkit hanya mampu melayani 19 Pokmas, masing-masing diberi bantuan pinjaman modal usaha dengan jumlah bervariasi, antara Rp 2,5 juta hingga Rp 5 juta. Di tahun 2011, Pokmas yang sudah berhasil dilayani mencapai 29 Pokmas dari 33 Pokmas yang aktif.

Itu artinya sudah hampir 80 persen KK di Desa Gendol yang terbagi menjadi 11 RT sudah terlayani UPKu Bangkit. Modal yang berputar pun juga makin meningkat pesat, dari semula hanya 63 juta kini sudah mendekati angka 200 juta rupiah. Demikian juga dengan perolehan SHU, di tahun 2011 juga sudah berhasil membagikan SHU lebih dari 10 juta rupiah,” ungkap Sulistyorini.

 

Tinggalkan Bank Thithil

Kesadaran, kebersamaan, dan gotong-royong tampaknya menjadi senjata ampuh untuk menggeser sebutan desa merah untuk Gendol dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Sebagai buktinya rumah-rumah papan yang dulu mencolok di Gendol lambat laun berganti rupa menjadi rumah batu bata. “Ini menandakan bahwa perekonomian di Gendol lambat-laun bisa menyesuaikan dengan perkembangan. Masih bisa dikatakan tertinggal dengan wilayah lain, namun masyarakat pasti akan berusaha mengejar ketertinggalannya. Melihat ini, kita juga makin bersemangat untuk memutar bantuan modal yang ada. Meski yang kita putar jumlahnya kecil-kecil tapi  ternyata membawa manfaat yang besar,” imbuh Rini.

Hingga sejauh ini, meski modal, UPKu Bangkit makin bertambah besar, masyarakat Gendol yang bisa melakukan pinjaman diutamakan tetap dari kalangan rumah tangga miskin berpotensi (RTMB). Pinjaman awalnya selalu diberikan melalui Pokmas karena sistem pengawasannya mudah yaitu dengan tanggung renteng, namun seiring dengan perkembangan UPKu pinjaman secara perorangan pun juga mulai diberi ruang. Sektor yang menjadi bidang garapnya adalah pembelian pupuk dan benih untuk peternakan, bibit dan pakan ternak untuk peternakan, modal untuk dagang, home industry untuk pembelian bahan bakunya. Pinjaman tertinggi untuk Pokmas Rp 8 juta, sedangkan untuk nasabah perorangan tertinggi Rp 5 juta.

Makin memasyarakatnya UPKu Bangkit di Gendol membuat arus pinjaman modal berputar cukup tinggi. Warga yang sudah memetik hasilnya dengan menjadi nasabah UPKu menjadi corong nformasi getok tular yang ampuh. Sebagai dampak positifnya masyarakat mulai meninggalkan tawaran lidah manis para rentenir, pengijon, hingga bank thithil. Sayangnya, arus pinjaman yang tinggi ini tidak dibarengi dengan aktivitas simpanan. Masyarakat cenderung lebih suka meminjam daripada menyimpan. Padahal usaha utama UPKu Bangkit adalah simpan pinjam. Ini adalah salah satu faktor yang membuat pengurus membuat batasan ketat untuk besaran modal yang bisa diakses oleh Pokmas maupun perseorangan. (widi kamidi)

 
Copyright © 2009 - 2024 DPMD Provinsi Jawa Timur All Rights Reserved.