Selamat Datang di Website resmi Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Jawa Timur

Laporan Utama

Karena kreativitas, enceng gondok bisa berubah menjadi bioetanol. Itulah akan dimanfaatkan menjadi bahan bakar untuk menggerakkan motornya.

Bila ada yang memanfaatkan enceng gondok sebagai bahan kerajinan sudah menjadi hal yang lazim. Tapi, siapa duga enceng gondok pun bisa menjadi bahan baku yang bisa menghasilkan energi. Itulah yang dilakukan Bambang Permadi, warga Dusun Nyamplung,Sumokali, Kecamatan Candi,Kabupaten Sidoarjo. Ia, dengan eksperimen yang dilakukannya itu, berhasil menciptakan energi alternatif, bioetanol.

Caranya, dengan mengikat potongan-potongan enceng gondok dikemas sedemikian rupa.Mulanya, enceng gondok dijemur hingga kering. Setelah itu direbus dan ditiriskan. Selanjutnya, enceng gondok dicampur dengan jamur ketapang.

Jamur tersebut, menurut Bambang Permadi, banyak didapatkan pada roti yang sudah kedaluwarsa.Setelah percampuran itu,ia menunggunya hingga tiga hari. Langkah berikutnya, ia melakukan fermentasi enceng gondok dengan ragi. Waktu fermentasi membutuhkan waktu sekitar  tujuh hari. Dari situlah, dimulai penyulingan.

Penyulingan pun dengan alat sederhana. Dengan panci dan stoples. Dengan alat stoples, lalu disambungkan dengan pipa stainless untuk penyulingan. “Enceng gondok ini merupakan bahan baku menjadi bioetanol,” tutur lulusan SMP PGRI Sidoarjo.

Enceng gondok adalah tumbuhan yang kerap hidup di rawa-rawa. Ia mengapung dan bisa memenuhi permukaan air. Bila dibiarkan, kehadiran enceng gondok merupakan gangguan. Di sinilah, Bambang Permadi tergerak untuk memanfaatkannya.

Ia pun melakukan eksperimen dengan enceng gondok menjadi energi alternatif sejak 2010. Dengan energi alternatif itu, dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti bensin yang digunakan untuk motor. Ia mempunyai sepeda motor Honda Astrea dan Yamaha,yang menjadi kendaraan keluarganya.

Enceng gondok memang memberikan manfaat yang cukup banyak. Selain bisa untuk menjadi pakan ternak, enceng gondok juga bisa menjadi bahan bakar alternatif, seperti bioetanol dan briket biomassa.

Untuk pengolahan enceng gondok menjadi briket biomassa, ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Enceng gondok dicacah seukuran ruas jari, lalu dijemur selama tiga hari hingga kering. Bila cuaca mendung, proses penjemuran bisa makan waktu selama lima hari.

Selanjutnya, cacahan enceng gondok dengan cairan kanji untuk perekat, dengan komposisi 80:20. Larutan kanji berfungsi untuk mengikatkan partikel-partikel dan memadatkan sebelum menjadi briket. Percampuran dilakukan ketika kanji masih menjadi tepung agar tidak menggumpal. Kanji ditaburkan di atas cacahan enceng gondok, baru kemudian diberi air secukupnya.

Campuran itu dibentuk bulat seukuran bakso, dengan cara meremas-remas menggunakan tangan. Bisa juga dengan alat pres briket. Setelah berbentuk bulat, bahan baku briket dikeringkan kembali dengan cara dijemur selama tiga hari.

Tahap berikutnya adalah karbonisasi.Ini merupakan salah satun proses yang penting, dalam pembuatan briket enceng gondok agar diperoleh struktur rantai karbon yang lebih panjang. Semakin panjang rantai karbon, semakin baik hasil pembakarannya dan sempurna (lebih bersih dan panas). Selama proses pembakaran, kaleng mesti dalam keadaan tertutup. Tapi pada bagian atas diberi lubang berdiameter sekitar 4 sentimeter, sebagai jalan masuk oksigen yang merupakan syarat terjadinya pembakaran.

Dengan kondisi kaleng yang hampir tertutup, terjadi akumulasi asap pembakaran, yang dapat meningkatkan kadar karbon briket. Setelah melewati proses karnosasi,baru briket enceng gondok bisa digunakan. (*)


 
Copyright © 2009 - 2024 DPMD Provinsi Jawa Timur All Rights Reserved.